Posts from the ‘cinta’ Category

Mengeluh dan Merasa Sempit dengan Kehidupan?

Sebagian istri ada yang mengeluhkan kehidupannya dan tidak bisa menerima penghasilan suaminya. Ia ingin hidup seperti Fulanah atau seperti salah seorang karib keluarganya.

Engkau lupa bahwa Allah tidaklah menciptakan manusia sama rata. Allah menciptakan orang kulit putih dan orang kulit hitam, orang kaya dan orang miskin, orang kuat dan orang lemah.

Agar engkau dapat menenangkan dirimu hendaklah camkan hadits berikut ini

“Lihatlah orang yang dibawahmu dan jangan lihat orang yang diatasmu, hal itu lebih baik sehingga engkau tidak menyepelekan nikmat Allah.” (HR Muslim)

Ingatlah selalu bahwa kebahagiaan bukan hanya terletak pada harta semata. Berapa banyak wanita yang memiliki suami kaya hartanya namun bakhil perasaan dan cintanya. Sementara yang lain memiliki suami yang fakir hartanya namun kaya perasaannya dan cinta kepada istri dan rumahnya.

Hendaklah seorang istri selalu ridha menerima suaminya yang mencintai dirinya. Kebahagiaan itu bukan hanya terletak pada makanan dan minuman, bukan berhias dengan pakaian mahal, perabotan mewah, emas perak dan kendaraan yang banyak. Namun kekayaan itu letaknya dalam dada dan hati yang tenang, penuh dengan cinta dan keimanan.

***

Artikel muslimah.or.id
Disalin dari buku Agar Suami Cemburu Padamu, karya Dr. Najla’ As Sayyid Nayil, Pustaka At Tibyan

 

AKU MENCINTAINYA

KUAKUI BAHWA AKU MENCINTAINYA …

Ya, aku memang mencintainya. Aku mencintainya mengalahkan cinta seseorang kepada kekasihnya. Bahkan manakah cinta orang-orang yang jatuh cinta dibanding cintaku ini?!

Ya, aku mencintainya. Bahkan demi Allah, aku merindukannya. Aku merasakan sentuhannya yang lembut, menyentuh relung hatiku. Aku tidak mendengarnya melainkan rinduku seakan terbang ke langit, lalu hatiku menari-nari dan jiwaku menjadi tentram.

Aku mecintaimu duhai perkataan yang baik

Aku mencintaimu duhai perkataan yang lembut

Aku mencintaimu duhai perkataan yang santun.

Alangkah indahnya ketika seorang anak mencium tangan ibunya seraya berkata, “Semoga Allah menjagamu ibu”.

Alangkah eloknya ketika seorang ayah senantiasa mendo’akan anaknya, “Ya Allah ridhoilah mereka, dan bahagiakan mereka di dunia dan akhirat”.

Alangkah bagusnya ketika seorang istri menyambut kedatangan suaminya dengan senyuman seraya berkata, “Semoga Allah tidak menjauhkan kami darimu, rumah ini serasa gelap tanpa dirimu”.

Alangkah baiknya ketika istri melepaskan kepergian suami bekerja di pagi hari, ia berkata, “Jangan beri kami makan dari yang haram, kami tidak sanggup memakannya”.

Kalimat dan ungkapan yang indah, bukankah begitu? Bukankah kita berharap kalimat dan ungkapan seperti ini dikatakan kepada kita? Bukankah setiap kita berangan-angan mengatakan kalimat-kalimat seperti ini kepada orang-orang yang dicintainya? Akan tetapi kenapa kita tidak atau jarang mendengarnya?

Penyebabnyanya adalah kebiasaan. Barangsiapa yang membiasakan lisannya mengucapkan kata-kata yang lembut berat baginya untuk meninggalkannya, begitu pula sebaliknya.

Orang yang terbiasa memanggil istrinya dengan kata “kekasihku” sulit baginya memanggil istrinya seperti sebagian orang memanggil istrinya, ‘Hei ..hai ..”. atau “Kau ..” dan lain sebagainya.

Barangsiapa yang terbiasa memulai ucapannya kepada anaknya, “Ananda, Anakku, Putriku” tidak seperti sebagian lain yang mengatakan, “Bongak .. jahat ..setan!” maka ia berat mengucapkan selain itu.

Kenapa kita tidak bisa mengucapkan satu ungkapan cinta saja kepada anak-anak kita, ibu kita, dan keluarga kita? Jika adapun kalimat tersebut keluar dengan malu-malu.

Kenapa lisanmu terkunci di dekat istrimu atau dihadapan ayah dan ibumu, sedangkan dihadapan temanmu, kata-katamu begitu mesra?!

Biasakanlah – misalnya- mengucapkan kepada ibumu, “Ibu, do’akan kami. Apakah ibu ingin titip sesuatu agar ananda beli sebelum ananda berangkat?”

Biasakanlah mengucapkan kepada anakmu kata-kata (sayangku, anakku) dan apabila ia mengambilkan sesuatu untukmu seperti segelas air katakana kepadanya Jazakallah atau ungkapan terima kasih.

Jika putra atau putrimu meminta sesuatu darimu dan engkau sanggup memberikannya serta itu baik untuknya katakanlah kepada mereka dengan tulus, “Dengan sepenuh hati, ayah akan bawakan untukmu”.

Cobalah kata-kata dan kalimat yang lembut dan senyuman yang manis, lalu lihatlah hasilnya!

Lihatlah bagaimana Nabi kita shollallahu ‘alaihi wa sallama berbicara kepada anak istrinya.

Perhatikanlah kelembutan hatinya, serta keindahan tutur katanya.

Beliaulah sebaik-baik suri teladan.

http://abuzubair.net/aku-mencintainya/

 

10 Hal yang Mendatangkan Cinta Allah

Cinta Allah

Semoga kita senantiasa mendapatkan kecintaan Allah, itulah yang seharusnya dicari setiap hamba dalam setiap detak jantung dan setiap nafasnya.

Alhamdulillah wa shalaatu wa salaamu ‘ala Rosulillah wa ‘ala alihi wa shohbihi wa man tabi’ahum bi ihsaanin ilaa yaumid diin.

Saudaraku, sungguh setiap orang pasti ingin mendapatkan kecintaan Allah. Lalu bagaimanakah cara cara untuk mendapatkan kecintaan tersebut. Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan beberapa hal untuk mendapatkan maksud tadi dalam kitab beliau Madarijus Salikin.

Pertama, membaca Al Qur’an dengan merenungi dan memahami maknanya. Hal ini bisa dilakukan sebagaimana seseorang memahami sebuah buku yaitu dia menghafal dan harus mendapat penjelasan terhadap isi buku tersebut. Ini semua dilakukan untuk memahami apa yang dimaksudkan oleh si penulis buku. [Maka begitu pula yang dapat dilakukan terhadap Al Qur’an, pen]

Kedua, mendekatkan diri kepada Allah dengan mengerjakan ibadah yang sunnah, setelah mengerjakan ibadah yang wajib.  Dengan inilah seseorang akan mencapai tingkat yang lebih mulia yaitu menjadi orang yang mendapatkan kecintaan Allah dan bukan hanya sekedar menjadi seorang pecinta.

Ketiga, terus-menerus mengingat Allah dalam setiap keadaan, baik dengan hati dan lisan atau dengan amalan dan keadaan dirinya. Ingatlah, kecintaan pada Allah akan diperoleh sekadar dengan keadaan dzikir kepada-Nya.

Keempat, lebih mendahulukan kecintaan pada Allah daripada kecintaan pada dirinya sendiri ketika dia dikuasai hawa nafsunya. Begitu pula dia selalu ingin meningkatkan kecintaan kepada-Nya, walaupun harus menempuh berbagai kesulitan.

Kelima, merenungi, memperhatikan dan mengenal kebesaran nama dan sifat Allah. Begitu pula hatinya selalu berusaha memikirkan nama dan sifat Allah tersebut berulang kali. Barangsiapa mengenal Allah dengan benar melalui nama, sifat dan perbuatan-Nya, maka dia pasti mencintai Allah. Oleh karena itu, mu’athilah,  fir’auniyah, jahmiyah (yang kesemuanya keliru dalam memahami nama dan sifat Allah), jalan mereka dalam mengenal Allah telah terputus (karena mereka menolak nama dan sifat Allah tersebut).

Keenam, memperhatikan kebaikan, nikmat dan karunia Allah yang telah Dia berikan kepada kita, baik nikmat lahir maupun batin. Inilah faktor yang mendorong untuk mencintai-Nya.

Ketujuh, -inilah yang begitu istimewa- yaitu menghadirkan hati secara keseluruhan tatkala melakukan ketaatan kepada Allah dengan merenungkan makna yang terkandung di dalamnya. 

Kedelapan, menyendiri dengan Allah di saat Allah turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang terakhir untuk beribadah dan bermunajat kepada-Nya serta membaca kalam-Nya (Al Qur’an). Kemudian mengakhirinya dengan istighfar dan taubat kepada-Nya.

Kesembilan, duduk bersama orang-orang yang mencintai Allah dan bersama para shidiqin. Kemudian memetik perkataan mereka yang seperti buah yang begitu nikmat. Kemudian  dia pun tidaklah mengeluarkan kata-kata kecuali apabila jelas maslahatnya dan diketahui bahwa dengan perkataan tersebut akan menambah kemanfaatan baginya dan juga bagi orang lain.

Kesepuluh, menjauhi segala sebab yang dapat mengahalangi antara dirinya dan Allah Ta’ala.

Semoga kita senantiasa mendapatkan kecintaan Allah, itulah yang seharusnya dicari setiap hamba dalam setiap detak jantung dan setiap nafasnya. Ibnul Qayyim mengatakan bahwa kunci untuk mendapatkan itu semua adalah dengan mempersiapkan jiwa (hati) dan membuka mata hati.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallalahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Sumber: Madaarijus Saalikin, 3/ 16-17, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, terbitan Darul Hadits Al Qohiroh

***
Selesai disusun selepas shalat shubuh, 6 Jumadits Tsani 1430 H, di rumah mertua tercinta, Panggang-Gunung Kidul

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel http://rumaysho.com

 

Surat Seorang Kakak untuk Adik Tercinta, Hidup di Dunia Hanyalah Sementara

24875

Kecil, dimanja. Muda, foya-foya.Tua,kaya raya. Mati,masuk surga.
Inilah bahan candaan anak muda saat ini. Mungkin ini cuma bercanda. Namun, kadang juga ada yang punya prinsip hidup seperti ini. Begitu pula dengan seorang adik. Seorang adik dinasehati, “Dek, kamu di dunia ini hanya hidup sementara, jagalah ibadahmu.” Entah mengejek atau sekedar guyonan, dia menjawab, “Justru itu kak, kita manfaatkan hidup di dunia sekarang dengan foya-foya.

Sungguh adik yang satu ini jauh dari agama. Hidayah memang di tangan Allah. Namun nasehat haruslah terus disampaikan karena dialah adik satu-satunya yang setiap kakak pasti menginginkan kebaikan bagi saudaranya sebagaimana dia pun telah mendapatkan kebaikan.

Dek … Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberi wejangan pada seorang pemuda, yaitu Ibnu ‘Umar. Berikut sabdanya,

“Hiduplah engkau di dunia seakan-akan engkau adalah orang asing atau bahkan seorang pengembara.” (HR. Bukhari no. 6416)

Adikku, negeri asing dan tempat pengembaraan yang dimaksudkan di sini adalah dunia, sedangkan negeri tujuannya adalah akhirat.
Adikku, yang namanya orang asing adalah orang yang tidak memiliki tempat tinggal dan tempat berbaring, namun dia dapat mampir sementara di negeri asing tersebut.
Lalu dalam hadits di atas dimisalkan lagi dengan pengembara.
Wahai adikku, semoga engkau selalu mendapat taufik-Nya. Seorang pengembara tidaklah mampir untuk istirahat di suatu tempat kecuali hanya sekejap mata. Di kanan kirinya juga akan dijumpai banyak rintangan, akan melewati lembah, akan melewati tempat yang membahayakan, akan melewati teriknya padang pasir dan mungkin akan bertemu dengan banyak perampok.
Itulah adikku, permisalan yang dibuat oleh nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hidup di dunia itu hanya sementara sekali, bahkan akan terasa hanya sekejap mata.

Renungkan juga hadits ini

Adikku, permisalan yang bagus pula dapat engkau renungkan dalam hadits berikut.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

“Aku tidaklah mencintai dunia dan tidak pula mengharap-harap darinya. Adapun aku tinggal di dunia hanyalah seperti pengendara yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu meninggalkannya.” (HR. Tirmidzi no. 2551. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan Abi Daud)

Lihatlah adikku, permisalan yang sangat bagus dari suri tauladan kita. Hidup di dunia sungguh sangat singkat. Semoga kita bisa merenungkan hal ini.

Adikku … Segera kembalilah ke jalan Allah, ingatlah akhirat di hadapanmu
Semoga hatimu terenyuh dengan nasehat Ali bin Abi Tholib berikut.

Ali berkata, “(Ketahuilah) dunia itu akan ditinggalkan di belakang. Sedangkan akhirat akan ditemui di depan. Dunia dan akhirat tersebut memiliki bawahan. Jadilah budak akhirat dan janganlah jadi budak dunia. Hari ini (di dunia) adalah hari beramal dan bukanlah hari perhitungan. Sedangkan besok (di akhirat) adalah hari perhitungan dan bukanlah hari beramal lagi.”

Adikku, ingatlah akhiratmu. Ingatlah kematian dapat menghampirimu setiap saat dan engkau tidak dapat menghindarinya. Janganlah terlalu panjang angan-angan. Siapkanlah bekalmu dengan amal sholeh di dunia sebagai bekalmu nanti di negeri akhirat. Perbaikilah aqidahmu, jauhilah syirik, jagalah shalatmu janganlah sampai bolong, tutuplah auratmu dengan sempurna janganlah sampai mengumbarnya, dan berbaktilah pada ortumu dengan baik.
Semoga Allah memberi taufik padamu. Semoga kita dapat dikumpulkan bersama para nabi, shidiqin, syuhada, dan sholihin.
Disusun di Pangukan-Sleman, 10 Dzulqo’dah 1429,
saat sore hari ketika Allah menganugerahi berkah hujan dari langit.

Rujukan :
Fathul Bari, Ibnu Hajar
Ma’arijul Qobul, Al Hafizh Al Hakami
Fathul Qowil Matin, Syaikh Abdul Muhsin

***

Artikel http://rumaysho.com

 

❀ Ada Surga di Dunia ❀

❀ Ada Surga di Dunia ❀
—————————–

Imam Ibnul Qayyim menyebutkan bahwa guru beliau, Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah, berkata, “Sesungguhnya di dunia terdapat surga yang seperti (merupakan representasi) surga akhirat. Barangsiapa yang memasuki surga dunia itu maka ia kelak akan memasuki surga akhirat, dan barangsiapa yang tidak memasuki surga dunia tersebut niscaya ia tidak akan memasuki surga akhirat.” [Ad-Dā` wad Dawā`, hal. 186; dan Madārij as-Sālikīn vol. I, hal. 454]

Yang dimaksud dengan surga dunia dalam ucapan di atas adalah ketentraman, kebahagiaan dan kesejukan hati tiada terkira dengan mengingat, mencintai dan merindui Allah.

Dan demikianlah yang terjadi pada diri Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah. Dalam dada beliau terdapat surga yang membuat beliau tentram dan bahagia di mana pun berada. Ibnul Qayyim menuturkan bahwa gurunya, Ibn Taimiyyah, pernah berkata kepadanya—dengan ucapan yang patut ditulis dengan tinta emas,

مَا يَصْنَعُ أَعْدَائِيْ بِيْ؟ أَنَا جَنَّتِيْ وَبُسْتَانِيْ فِيْ صَدْرِيْ إِنْ رُحْتُ فَهِيَ مَعِيْ لاَ تُفَارِقُنِيْ، إِنَّ حَبْسِيْ خَلْوَةٌ وَقَتْلِيْ شَهَادَةٌ وَإِخْرَاجِيْ مِنْ بَلَدِيْ سِيَاحَةٌ

“Apa yang dapat dilakukan musuh-musuhku terhadapku? Kebun surgaku berada dalam dadaku, yang jika aku pergi ia senantiasa bersamaku dan tidak berpisah dariku; penahananku adalah khalwah (menyepi untuk bermunajat kepada Allah Ta’āla); pembunuhan terhadapku adalah syahid; dan pengusiranku dari negeriku adalah wisata.”

Lalu Imam Ibnul Qayyim mengisahkan lebih lanjut tentang kondisi kehidupan gurunya tersebut, “Allah mengetahui bahwa saya sama sekali tidak pernah melihat seorang pun yang lebih baik kehidupannya dibandingkan beliau, meskipun beliau mengalami kesempitan, kesulitan, serta sangat jauh dari kemewahan dan berbagai kenikmatan dunia. Bahkan sebaliknya, beliau dipenjara, diancam dan dianiaya. Walaupun demikian, beliau termasuk manusia yang paling baik kehidupannya, paling lapang dadanya, paling kuat hatinya, paling senang jiwanya, (sampai-sampai) kesenangan dan kenikmatan hidup tersebut memancar dari wajah beliau.

Jika kami ditimpa ketakutan yang sangat dan persangkaan yang buruk, serta merasa bahwa bumi ini menjadi sempit menghimpit, maka kami mendatangi beliau. Tidaklah kami melihat dan mendengar ucapan beliau, melainkan hal-hal negatif tersebut menjadi sirna, bahkan berubah menjadi kelapangan, kekuatan, keyakinan dan ketentraman.

Maka Maha Suci Allah yang telah yang telah memperlihatkan surga-Nya (di dunia) kepada para hamba-Nya sebelum pertemuan dengan-Nya, dan telah membukakan pintu-pintu surga tersebut untuk mereka di negeri amal, sehingga mereka mendapatkan kenikmatan, kelapangan dan kebaikannya dalam rangka mengisi kembali kekuatan mereka untuk mencari dan berlomba-lomba meraih surga.” [Al-Wābil ash-Shayyib min al-Kalim ath-Thayyib, hal. 69-70]

Sebagian orang bijak berkata, “Orang-orang yang patut dikasihani dari ahli dunia keluar meninggalkan dunia sementara mereka belum merasakan indah kenikmatannya.”

Ada yang bertanya, “Apakah itu?”

Orang bijak itu menjawab, “Cinta kepada Allah, tentram dengan-Nya, dan merindui pertemuan dengan-Nya….”

[Raudhatul Muhibbīn, hal. 148]

゚*✿ ✿*゚

“Mencintai Allah, mengenal Allah, senantiasa mengingat-Nya, merasa tenang dan thuma’ninah ketika bermunajat pada-Nya, menjadikan kecintaan hakiki hanya untuk-Nya, memiliki rasa takut dibarengi rasa harap kepada-Nya, senantiasa bertawakkal pada-Nya dan menyerahkan segala urusan hanya pada-Nya – adalah surga dan kenikmatan dunia yang tidak ada bandingannya, penyejuk mata bagi orang-orang yang mencintai Allah dan merupakan kehidupan yang sesungguhnya bagi orang-orang yang mengenal Allah.” [Ibnul Qayyim]

Cintailah Dia -Shallallahu alaihi wa sallam- Dengan Cara Yang Dia cintai!”

Abu Khaulah Zainal Abidin

حدثني أبو عقيل، زهرة بن معبد: أنه سمع جده عبد الله بن هشام قال:كنا مع النبي صلى الله عليه وسلم، وهو آخذ بيد عمر بن الخطاب، فقال له عمر: يا رسول الله، لأنت أحب إلي من كل شيء إلا من نفسي، فقال النبي صلى الله عليه وسلم: (لا، والذي نفسي بيده، حتى أكون أحب إليك من نفسك).
فقال له عمر: فإنه الآن، والله، لأنت أحب إلي من نفسي، فقال النبي صلى الله عليه وسلم: (الآن يا عمر)

Suatu hari, sebagaimana yang diceritakan oleh Ibn Ma’bad bin Abdillah dari kakeknya, bahwasanya kakeknya (Abdullah ibn Hisyam) pernah bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan ketika itu beliau Shallallahu alaihi wa sallam memegang tangan Umar ibn Al Khaththab radhiallahu anhu. Maka Umarradhiallahu anhu pun berkata, “Demi ALLAH, ya Rasulullah. Sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali diriku.” Maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pun menanggapi, “Demi Zat Yang jiwaku di tangannya. Sampai aku engkau cintai melebihi dirimu sendiri.” Kemudian Umar pun berkata,“Sejak saat ini engkau lebih aku cintai dari pada diriku sendiri.” Maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pun menyambut,” Ya begitu, Umar.” –(HR: Al Bukhari)-

Berdasarkan Hadits di atas dan dalil-dalil lainnya -baik Al Qur’an maupun As-Sunnah- cinta kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam merupakan kewajiban setiap orang beriman. Bahkan kewajiban (cinta) tersebut belum terlaksana sampai kita mencintai beliau Shallallahu alaihi wa sallam lebih dari pada cinta kita terhadap diri, anak, atau orang tua kita sendiri. Sebagaimana sabdanya Shallallahu alaihi wa sallam :

عن أنس قال: قال النبي صلى الله عليه وسلم: لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من والده وولده والناس أجمعين (البخاري

(Tidaklah beriman kalian sampai aku lebih dicintai oleh kalian dari pada orang tua, anak, dan segenap manusia) (HR: Al Bukhari)

 

Sungguh, betapa beratnya konsekuensi yang dituntut dari orang yang mengaku beriman itu. Bahkan ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa mengancam mereka yang cintanya kepada sesuatu melebihi cintanya kepada ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa dan Rasul-NYA.

قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَاأَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ (التوبة:24)

 

(Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari pada ALLAH dan Rasul-NYA dan dari berjihad di jalan-NYA, Maka tunggulah sampai ALLAH mendatangkan Keputusan NYA.” Dan ALLAH tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.) (At-Taubah: 24)

Namun demikian ALLAH Subhaanahu wa ta’alla tidak pernah membebani hamba-NYA lebih dari kesanggupannya. ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa tak pernah membiarkan hamba-NYA dalam kebingungan. Dan juga ALLAHSubhaanahu wa ta’alaa tidak pernah membiarkan segala sesuatu tanpa kepastian dan tolok ukur.

Ketika ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa memerintahkan hamba-NYA yang beriman untuk mencintai NYA, IA tunjukkan bagaimana caranya. Yakni, dengan perintah agar hamba-NYA meneladani Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.Maka jadilah Ittiba(meneladani Sunnah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam ) sebagai tanda sekaligus ukuran cintanya seorang hamba kepada ALLAHSubhaanahu wa ta’ala (-lihat: Ali Imran:31-). Demikian pula ketika ALLAHSubhaanahu wa ta’alaa memerintahkan hamba-NYA untuk mencintai Rasul-NYA, IA tunjukkan pula bagaimana caranya. Yakni, dengan memperlihatkan -melalui Sirah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam– bagaimana cara orang-orang di sekitarnya, yakni para Shahabat –radhiallahu anhum-, mencintai beliauShallallahu alaihi wa sallam.

Sirah Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bukan hanya sumber otentik bagi kita untuk mengetahui perjalanan hidup dan keperibadian beliau –Shallallahu alaihi wa sallam- .Lebih dari itu, ia juga merupakan sumber otentik bagi kita untuk mengetahui bagaimana sikap orang-orang yang ada di sekitarnya pada masa itu, baik yang mendukung dan membela da’wahnya, maupun yang menentang dan memusuhinya. Ekspresi kebencian kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan As-Sunnah di dalam segala cara dan manifestasinya -yang dilakoni oleh musuh-musuh Islam- dapat kita temui di dalam Sirah. Begitu pula, ekspresi kecintaan kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan As-Sunnah di dalam segala cara dan manifestasinya -yang dilakoni oleh pembela-pembela Islam, yakni Shahabat- juga dapat kita temui di dalam Sirah.

Para Shahabat radhiallahu anhum -yang telah ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa taqdirkan hidup bersama dan menyertai Beliau Shallallahu alaihi wa sallammerupakan sebaik-baik manusia setelah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan para Nabi –alaihimussalaam. Hal ini ALLAH Subhaanahu wa ta’alaanyatakan di dalam Firman-NYA:

(كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ) (آل عمران: من الآية110)

(Kalian adalah sebaik-baik umat yang ditampilkan bagi manusia……) (Ali Imran: 110)

Bahkan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pun bersaksi akan hal itu, sebagaimana di dalam sabdanya:

(قال النبي صلى الله عليه وسلم: خيركم قرني، ثم الذين يلونهم، ثم الذين يلونهم) (البخاري)

(Sebaikbaik kalian adalah generasiku. Kemudian setelah itu, kemudian setelah itu) (HR: Al Bukhari)

Adapun cara dan manifestasi kecintaan para Shahabat radhiallahu anhumkepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam itu antara lain:

  1. Ingin senantiasa dekat dan bersama Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.
  2. Meniru hampir seluruh perilaku dan apa-apa yang dikenakan NabiShallallahu alaihi wa sallam.
  3. Membela kehormatan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dari segala celaan para pencela.
  4. Melindungi dan membentengi Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dari segala yang dapat membahayakan dan menciderai tubuhnya.
  5. Melayani, memuliakan, dan mendahulukan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam di atas seluruh manusia.

Tak ada satupun manusia yang mengalahkan mereka di dalam kelima hal di atas. Begitu pula, tak ada manusia di muka bumi ini yang lebih cinta kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan lebih tahu bagaimana cara mencintai beliau dibanding para Shahabat radhiallahu anhum. Dan sesungguhnya bukan hanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang ridho atas perbuatan para Shahabatnya  tadi, bahkan ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa pun ridho terhadap mereka -yang tentunya termasuk terhadap cara mereka memperlakukan dan mencintai Nabi-NYA Shallallahu alaihi wa sallam-.

(وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ) (التوبة: من الآية100)

(Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, ALLAH ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada ALLAH.)(At-Taubah:100)

Maka seandainya ada seorang bertanya kepada kita: Dari mana kita dapat mengetahui ungkapan -mencintai Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallamyang disukai atau yang dibenci oleh Beliau Shallallahu alaihi wa sallam? Maka jawabnya adalah: Dari bagaimana cara para Shahabat radhiallahu anhummemperlakukan Beliau Shallallahu alaihi wa sallam.

Perhatikanlah apa yang dikatakan oleh Anas ibn Malik radhiallahu anhu:

ما كان في الدنيا شخص أحب إليهم رؤية من رسول الله  وكانوا إذا رأوه لم يقوموا له لما يعلمون من كراهيته

(Tak ada seorang pun di dunia ini yang lebih cinta kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam selain kami. Tetapi kami tak pernah berdiri untuk menyambut kedatangan beliau, disebabkan kami mengetahui yang demikian itu tak beliau sukai)

Melalui Atsar di atas bukan saja kita mengetahui bahwa para Shahabatradhiallahu anhum adalah orang-orang yang paling cinta kepada RasulullahShallallahu alaihi wa sallam dan paling mengetahui bagaimana cara mencintai beliau. Lebih dari itu kita dapat mengetahui, bahwa ternyata mencintai Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam itu ada kaedahnya.

Yakni, hendaknya ungkapan kecintaan tersebut tidak dalam bentuk yang justru tidak disukai atau dibenci oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.

Perhatikan, bagaimana Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menolak antusias Shahabat radhiallahu anhum yang berlebihan dalam mengekspresikan kecintaan serta penghormatan terhadap Beliau Shallallahu alaihi wa sallam:

جاء وفد بني عامر إلى النبى فقالوا: “أنت سيدنا….”

قال: “السيد هو ألله”

قالوا: “وأفضلنا و أعظمنا طولا”

قال: “قولوا بقولكم ولا يستهوينكم الشيطان. أنا عبد الله ورسوله (رواه أحمد, أبو داود, النسائ)

(Datang utusan Bani Amir kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan berkata, “Engkau adalah Sayyid kami…” Maka Beliau Shallallahu alaihi wa sallam menjawab, ” As-Sayyid itu ALLAH.” Dan sebagian mereka berkata, “Engkau paling afdhol di antara kita dan paling tinggi derajatnya.” Maka Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berkata,” Bicaralah biasa-biasa saja. Jangan biarkan syaithan menggelincirkan kalian. Aku tak lebih dari hamba-ALLAH dan Rasul-NYA.”) (HR: Ahmad, Abu Daud, dan An-Nasaa’i)

Juga Beliau Shallallahu alaihi wa sallam menolak dikultuskan dan diperlakukan -bagaimanapun bentuk dan caranya- sebagaimana orang Nasrani berbuat terhadap Nabi Isa Alaihissalaam. Perhatikanlah sabdanya:

لا تطروني كما أطرت النصارى بن مريم. فإنما أنا عبدالله. فقولوا: عبد الله ورسوله (رواه البخاري)

(Jangan kalian mengkultuskan aku sebagaimana orang Nashara berbuat terhadap Ibnu Maryam. Ucapkanlah oleh kalian : Hamba-ALLAH dan Rasul-NYA)

Maka hendaklah, para pecinta Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam -siapa pun dan dari mana pun dia- mengambil teladan kepada para Shahabatradhiallahu anhum di dalam cara mencintai Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.Sebab ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa telah ridho atas perilaku dan perbuatan mereka serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan sebaik-baiknya.

Seandainya kita tidak mengikuti cara para Shahabat radhiallahu anhum , maka :

1. Apa jaminannya bahwa perbuatan kita itu diridhoi oleh ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa ?

2. Apa jaminannya bahwa perbuatan kita disukai dan diridhoi oleh NabiShallallahu alaihi wa sallam sendiri?

3. Apa jaminannya bahwa perbuatan kita tidak akan terjerumus ke dalam pengkultusan yang justru dibenci oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam?

http://rumahbelajaribnuabbas.wordpress.com/5jendela-risalah/cintailah-dia-shallallahu-alaihi-wa-sallam-dengan-cara-yang-dia-cintai/

Cintakah Allah Kepadaku?

 

Abu Khaulah Zainal Abidin

 

Wahai orang-orang yang berbuat baik, yakni yang menginfaqkan hartanya di jalan ALLAH -untuk segala bentuk ibadah dan keta’atan-. Ketahuilah, bahwa ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa mencintai kalian. Dan itu ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa sendirilah yang mengatakan, di dalam berbagai kesempatan dan berbagai ungkapan:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

(Artinya: Sesungguhnya ALLAH mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan) (Al Baqarah: 195)/(Al Maa”idah: 13)

 

Masya ALLAH, kalian sungguh membuat diriku iri dan merasa tiada berarti di hadapan ALLAH. Kalian telah menginfaqkan harta di jalan ALLAH justru di saat kalian sendiri sangat membutuhkannya. Kalian tak pernah ragu dan merasa rugi berdagang dengan ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa. Di manakah aku dibanding kalian?

 

Wahai orang-orang yang bertobat dan menyucikan dirinya, yakni yang meninggalkan perbuatan dosa serta menjaga amalannya dari kesyirikan. Ketahuilah, bahwa ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa mencintai kalian. Dan itu ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa sendirilah yang mengatakan:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

(Artinya: Sesungguhnya ALLAH mencintai orang yang tobat dan mencintai orang yang menyucikan diri.) (Al Baqarah: 222)

 

Masya ALLAH, kalian sungguh membuat diriku iri dan merasa tiada berarti di hadapan ALLAH. Kalian adalah orang-orang yang bersegera di dalam meninggalkan kemaksiatan serta senantiasa waspada terhadap segala bentuk ketidakikhlasan di dalam beribadah. Di manakah aku dibanding kalian?

 

Wahai orang-orang yang bertaqwa, yakni yang senantiasa mengerjakan perintah ALLAH serta menjauhi larangan-Nya. Ketahuilah, bahwa ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa mencintai kalian. Dan itu ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa sendirilah yang mengatakan, di dalam berbagai kesempatan dan berbagai ungkapan:

فَإِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ

(Artinya: Maka sesungguhnya ALLAH mencintai orang yang bertaqwa.) (Ali Imran: 76) / (At-Taubah: 4/7)

 

Masya ALLAH, kalian sungguh membuat diriku iri dan merasa tiada berarti di hadapan ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa. Kalian sangat takut terhadap adzab, sehingga kalian tak pernah menganggap kecil setiap dosa. Untuk itu kalian membuat jarak dari segala bentuk kemaksiatan, sehingga ALLAH senantiasa bersama kalian. Di manakah aku dibanding kalian?

 

Wahai orang-orang sabar, yang ketika ditimpa musibah mengatakan: Sesungguhnya kami milik ALLAH dan kepada Nya jugalah kami akan kembali. Ketahuilah, bahwa ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa mencintai kalian. Dan itu ALLAH sendirilah yang mengatakan:

وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ

(Artinya: Dan sesungguhnya ALLAH mencintai orang-orang yang bersabar.) (Ali Imran:146)

 

Masya ALLAH, kalian sungguh membuat diriku iri dan merasa tiada berarti di hadapan ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa. Betapa tidak. Kalian adalah orang yang pandai menahan diri di dalam ta’at, di dalam menghadapi maksiat, dan di dalam menghadapi cobaan, sehingga ALLAH senantiasa bersama kalian. Tidaklah ujian dan musibah menimpa kalian, kecuali dengannya ALLAH memberikan kalian pujian dan hidayah. Di manakah aku dibanding kalian?

 

Wahai orang-orang yang bertawakal, yang tidak pernah bergantung kecuali hanya kepada ALLAH . Ketahuilah, bahwa ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa mencintai kalian. Dan itu ALLAH sendirilah yang mengatakan:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

(Artinya: Sesungguhnya ALLAH mencintai orang-orang yang bertawakal -kepada-Nya-) (Ali Imran: 159)

 

Masya ALLAH, kalian sungguh membuat diriku iri dan merasa tiada berarti di hadapan ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa. Betapa tidak. Kalian adalah orang yang sangat yakin serta berlapang dada terhadap ketetapan ALLAH. Kalian juga begitu yakin akan pertolongan ALLAH, sehingga ALLAH benar-benar memelihara dan menjaga keselamatan kalian. Di manakah aku dibanding kalian?

 

Wahai orang-orang yang adil, yang menimbang tidak berat sebelah, yang menempatkan sesuatu sesuai pada tempatnya, dan menghukum yang bersalah sesuai dengan kadar kesalahannya. Ketahuilah, bahwa ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa mencintai kalian. Dan itu ALLAH sendirilah yang mengatakan, di dalam berbagai kesempatan dan berbagai ungkapan:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

(Artinya: Sesungguhnya ALLAH mencintai orang yang berlaku adil) (AlMaa’idah: 42) /(Al Hujarat: 9) /(Al Mumtahanah: 8)

 

Masya ALLAH, kalian sungguh membuat diriku iri dan merasa tiada berarti di hadapan ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa. Betapa tidak. Kawan atau lawan tak membutakan kalian dari kebenaran, sehingga kelak kalian ditempatkan di mimbar-mimbar dari cahaya di sebelah kanan Ar-Rahman. Di manakah aku dibanding kalian?

 

Wahai orang-orang yang berjuang di jalan ALLAH dalam barisan yang rapih dan kokoh, yang tidak membiarkan adanya celah sedikitpun yang dapat melemahkan dan memecah belah barisan kaum muslimin. Ketahuilah, bahwa ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa mencintai kalian. Dan itu ALLAH sendirilah yang mengatakan:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ

(Artinya: Sesungguhnya ALLAH mencintai mereka yang berjuang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan seperti sebuah bangunan yang tersusun kokoh) ( Ash-Shaff: 4)

 

Masya ALLAH, kalian sungguh membuat diriku iri dan merasa tiada berarti di hadapan ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa. Betapa tidak. Kalian adalah orang-orang yang bersegera memenuhi panggilan jihad di jalan ALLAH, kemudian segera menyatukan barisan. Tak ada yang kalian pikirkan kecuali kemenangan dan kemuliaan agama Islam. Di manakah aku dibanding kalian?

 

 

Wahai orang-orang yang dicintai ALLAH. Di mana kalian ? Tak pernah kujumpa orang-orang semacam kalian. Ataukah mataku yang buta? Tak kudengar suara kalian. Atau memang kalian diam?

 

Wahai orang-orang yang dicintai ALLAH. Kutahu kalian capai itu semua lewat satu jalan. Ya, hanya satu jalan. Dan jalan itu tidak lain adalah Sunnah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Aku juga baca yang kalian baca:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

(Artinya: Katakan (-Ya, Muhammad-): Jika kalian mencintai ALLAH, maka ikutilah sunnahku. ALLAH pun akan mencintai kalian dan menghapuskan dosa-dosa kalian. Dan ALLAH Maha Pengampun lagi Pengasih) (Ali Imran:31)

 

Wahai orang-orang yang dicintai ALLAH. Sungguh mengaku cinta kepada ALLAH -sebagaimana yang aku merasa detik ini- ternyata tidaklah semudah memperoleh cinta-Nya. Di manakah aku dibanding kalian? Ya, cintakah ALLAH kepadaku sebagaimana Ia cinta kepada kalian?

 

http://rumahbelajaribnuabbas.wordpress.com/5jendela-risalah/cintakah-allah-kepadaku/

 

Menghias Taman Pasutri dengan Akhlak-akhlak Terpuji

Sebuah keluarga yang terdiri dari seorang suami dan seorang atau lebih isteri, dalam sisi-sisi tertentu kehidupan mereka tidaklah salah bila digambarkan dengan sebuah taman. Dari namanya saja, taman menginspirasikan sebuah keelokan dan keindahan, kesejukan, serta kedamaian. Itulah gambaran sebuah keluarga, memang sangat indah dan bahkan lebih dari indah.

Bagaimana kalau Islam mengajarkan sesuatu yang menambah eloknya taman pasutri dan sejuk serta damainya suasananya? Sungguh Islam itu sangat istimewa.

Perhatikan firman Alloh Ta’ala:

Dan bergaullah dengan mereka secara maruf (QS. an-Nisa’ [4]: 19)

Imam Ibnu Katsir rahimahullahu ta’ala menafsirkan ayat tersebut dengan mengatakan: “Artinya santunkanlah ucapan-ucapan lisan kalian (wahai para suami,—red) kepada mereka (para isteri,—red), dan baguskanlah tingkah laku kalian serta bentuk dan keadaan penampilan kalian sekadar apa yang kalian sanggupi. Sebagaimana kamu suka mendapatkan hal itu darinya, maka berlakulah kamu terhadapnya dengannya pula, sebagaimana Alloh berfirman:

… Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. (QS. al-Baqoroh [2]: 228)

Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik pergaulannya kepada isteri-isterinya, dan aku adalah orang yang paling baik di antara kalian dalam mempergauli isteriku.”

Di antara akhlaq Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau itu sangat baik pergaulannya, tenang sikap dan penampilannya, mencandai isteri dan berlemah lembut kepadanya, mencukupi nafkahnya, membuat tertawa isterinya, bahkan suatu saat beliau berlomba-lomba dengan Aisyah radhiyallahu anha Ummul Mu’minin, sebagai ungkapan rasa cinta kasih beliau kepadanya. Aisyah radhiyallahu anha mengatakan: “Suatu ketika Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam mengalahkanku, maka di saat lain aku pun mengalahkan beliau, itu terjadi tatkala aku belum terbebani oleh daging tubuhku, lalu tatkala aku sudah terbebani oleh daging pada tubuhku aku ajak beliau berlomba lagi dan beliau pun mengalahkanku, maka beliau pun mengatakan: ‘Yang ini untuk kekalahanku waktu itu.’” (HR. Ahmad 6/264, 39, 129, 182, 261, 280, Abu Dawud: 2578, Ibnu Majah: 1979, lihat pula Tafsir Ibnu Katsir 1/467)

Walhasil, taman pasutri itu akan bertambah elok, indah menawan bagi setiap mata yang memandangnya dengan dihiasi elok dan bagusnya akhlaq yang terpuji. Semakin bagus akhlaq suami juga isteri, taman pasutri akan semakin teduh dan menenteramkan hati.

Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam menegaskan lagi:

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِكُمْ

“Orang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaqnya, dan yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik (pergaulannya) bagi isterinya.” (Hadits shohih lighoirihi, diriwayatkan Ahmad 6/47, 99, Tirmidzi: 3986, dan Ibnu Majah: 1977, 1978)

Wallohu A’lam, wa Huwal Muwaffiq ila makarimil akhlaq.

Penulis: Ustadz Abu Ammar Al-Ghoyami
Artikel www.Salafiyunpad.wordpress.com

 

10 Buhul Cinta

Saat suami istri memulai kehidupan berumah tangga, bahkan beberapa saat sebelum perjanjian kuat ikatan pernikahan diikatkan, mereka telah mulai membayangkan indahnya cinta. Bayangan syahdunya cinta itu akan terus menyertai setiap langkah dan kedekatan mereka. Namun apakah artinya sebuah bayangan cinta bagi sepasang suami istri bila tak kunjung menjadi kenyataan?

Anda sebagai suami dan Anda sebagai istri tentunya mendambakan cinta. Agar cinta tak berupa bayangan dan angan-angan semata, agar indah dan teduhnya cinta menjadi kenyataan, agar kepak sayap-sayap cinta semakin kuat membawa Anda terbang, agar cinta itu sendiri terus tumbuh dan berkembang, ada sepuluh buhul cinta yang hendaknya diperhatikan.

1. Katakan cinta saat Anda butuh cinta

Rasa enggan mengungkapkan cinta bisa menjadi masalah mendasar tandusnya kehidupan berumah tangga. Padahal kita semua tahu bahwa semua kita butuh ungkapan cinta.

Sebagai suami, terkadang tidak memahami bahwa istrinya membawa sifat terpuji, malu. Di saat yang sama ia sangat senang dengan belaian lembut sebuah kata cinta dari suaminya. Namun, berapa banyak suami yang telah memberikan kata cinta sebagai hal yang menyenangkan istrinya? Padahal dengan satu kata cinta para istri akan semakin tahu kedudukannya di hati suaminya, bahkan ia akan berusaha dengan kesungguhannya untuk mempertahankan kedudukannya tersebut sebagai imbalan kata cinta. Sehingga suami yang pintar ialah yang dapat melambungkan istrinya dengan kata-kata cinta.

2. Ungkapkan cinta tak hanya dengan kata-kata

Cinta tak mengenal jarak, cinta tak mengenal waktu. Teleponlah istrimu di saat engkau berjauhan, dan katakan sebuah kata cinta kepadanya. Pinanglah ia untuk kedua kalinya. Ingatkan ia dengan pandangan pertama kalian berdua di saat dulu kau meminangnya.

Kelembutan ungkapan cinta Anda tentu akan membuatnya dapat merasakan kekuatanmu, sedangkan kelembutan tingkah Anda akan membuat Anda terlihat sebagai seorang yang terkuat dalam pandangannya.

Seorang istri sedang sibuk buka tutup rak mungil di dapur. Suaminya yang melihatnya bertanya, “Apa yang sedang kau cari? Biarkan aku membantumu mencarinya.” Istrinya berkata, “Tidak, sudahlah, biar aku mendapatkannya sendiri.” Sesaat kemudian istri pun mendapati sesuatu yang dicarinya, lalu ia genggam erat sambil bergumam, “Alhamdulillah.” Suaminya mencoba ingin tahu, istri menyembunyikannya di balik tubuhnya dengan kedua tangannya, dan saat  suaminya cukup penasaran, sambil tersenyum ia lalu menunjukkannya dan berkata, “Ini hanya sebungkus STMJ instan kesukaanmu yang aku sangat senang menyeduhnya untukmu, suamiku.” Subhanalloh.

3. Berterima kasih dan pujilah ia

Yang tidak berterima kasih kepada sesama tentu tak berterima kasih pula kepada Dzat Yang Maha Kaya. Berterima kasihlah dan pujilah istri Anda dengan sejujur-jujurnya. Bukan pujian berlebihan, sebab kejujuran itu sangat sederhana. Pujilah istri Anda dengan wajah, mata dan kata-kata lembut Anda. Pujilah pakaian serta perhiasannya, parfumnya, kelembutannya serta rasa malunya. Pujilah pekerjaannya, kelelahannya, makanan dan minuman yang ia siapkan untuk Anda dan keluarga.

Pujilah ia di saat sendirian, pujilah ia di saat Anda bersama orang lain dan kabarkanlah kepadanya bahwa Anda telah memujinya di hadapan mereka.

Banyak suami yang hanya bisa menanamkan dogma kepada istrinya bahwa pekerjaan rumah adalah tanggung jawabnya dan mematuhinya merupakan kewajibannya. Padahal, hal ini justru membuat istri bermalas-malasan dalam melakukan tanggung jawab dan kewajibannya. Dan suami yang pintar adalah yang pandai menghargai pekerjaan istrinya.

4. Ketahuilah apa yang ia suka

Mengetahui apa yang disuka oleh pasangan merupakan salah satu buhul cinta. Hal ini akan menunjang keharmonisan rumah tangga.

Tanyalah kepada istri atau suami Anda, apa yang dia suka. Apabila Anda telah mengetahuinya, simpan baik-baik dalam memori Anda. Di saat pasangan tidak sedang mengingat-ingatnya, Anda bisa meletakkan sesuatu yang disukainya di hadapannya. Apa yang Anda lakukan ini benar-benar akan menjadi pengganti atas ungkapan perhatian Anda kepada pasangan Anda.

Jangan lupa untuk mengetahui apa yang tidak disukainya. Lalu jangan biarkan sesuatu yang tak disukainya itu ada di dekatnya. Jauhkanlah semua yang tidak dia suka. Dengan begitu, Anda telah memberikan sesuatu yang menggembirakannya.

5. Sempatkan berlomba dengannya

Sesungguhnya Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam ketika usia beliau telah mencapai lima puluh tahun, beliau tetap menyempatkan menghibur istrinya dengan berlomba. Perlombaan yang merupakan canda dan hiburan hati serta penyegar pikiran. Ini dia Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam, suatu hari beliau berlomba adu kecepatan lari dengan istrinya, ‘Aisyah Rodhiallohuanha,[1] padahal beliau adalah manusia yang paling sibuk. Namun beliau tidak menjadikan kesibukan sebagai alasan untuk menelantarkan istri-istrinya.

Selain itu, manfaat perlombaan seperti ini akan menumbuhkan rasa percaya dari para istri tentang cinta suami kepada mereka. Maka hendaknya diketahui bahwa mengalah kepada istri atas sesuatu dari berbagai kesibukan adalah kata terbaik untuk mengungkapkan rasa cinta kepadanya. Dan Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam telah memberikan teladan dalam hal ini.

6. Sekuntum senyuman

Senyuman merupakan wujud dari berbagai ungkapan isi hati. Kebahagiaan, kegembiraan, kesenangan, kedamaian, ketenangan dan berbagai keadaan lainnya. Sebaliknya, apatis, murung, cemberut dan semisalnya adalah bentuk ungkapan hati yang tak baik. Tentunya sangat banyak sebabnya.

Tatkala Anda datang kepada istri Anda dengan wajah diam, apatis, murung dan cemberut, berarti Anda telah memberi tugas istri Anda untuk berpikir tentang berbagai hal yang menjadi sebab keadaan Anda. Sehingga istri Anda tidak akan tenang sampai ia mengetahui sebab kemurungan Anda.

Terlebih lagi tatkala istri Anda tidak juga bisa mendapati sebab kemurungan Anda, artinya ia tidak akan pernah tahu siapa Anda saat ini sebenarnya. Sebabnya ialah Anda sendiri yang selalu murung di hadapan istri Anda, yang akhirnya hal sangat buruk yang telah menimpa Anda pun istri tidak mengetahuinya. Dengan demikian, ketika Anda hendak berkisah tentang kegelisahan serta permasalahan Anda, bisa jadi dan sangat mungkin ia tidak akan memperhatikan Anda sebagaimana yang Anda harapkan. Hal seperti ini akan menjadikan Anda marah, dunia menjadi gelap menurut Anda, lalu Anda mulai berkata, “Beginikah sikap seorang istri yang perhatian terhadap suaminya?” Padahal istri Anda tidak bersalah, sebab ia memang benar-benar tidak mengetahui kondisi hati Anda, kapan Anda bersedih dan kapan Anda senang, karena setiap Anda berjumpa dengan istri Anda, hanya wajah murung dan cemberut yang Anda nampakkan.

Maka tersenyumlah dengan keramahan Anda kepadanya, sehingga ia sempat tahu  keadaan Anda dan bisa membantu Anda.

7. Kreatif saat istri sakit

Sakit yang dimaksud di sini ialah saat istri haid, hamil, nifas maupun sakit yang lainnya.

Ketika sedang haid terkadang seorang wanita mengalami nyeri dan sakit berlebih yang dikeluhkannya. Bahkan saat wanita akan haid, sekitar sepekan sebelum haid, dan di saat ia sedang haid, ia mengalami goncangan-goncangan psikis, goncangan emosional dan kejiwaan yang cukup membuatnya tidak bisa mengontrol perbuatannya sendiri.

Demikian juga saat istri sedang hamil, bahwa kehamilan menyebabkan kelemahan dan susah payah.[2] Kehamilan menyebabkan ganggguan psikis yang tak kalah menyiksa. Terlebih lagi saat istri sedang melahirkan. Kebanyakan istri akan merasa ringan dari penderitaan kehamilan dan melahirkan ini apabila ia selalu didampingi oleh orang yang dapat menenangkan jiwanya, membantunya, menyenagkannya. Maka sudahkah suami memberikan suasana yang sesuai kepada istri di saat ia sedang mengandung dan melahirkan anaknya? Kalimat-kalimat cinta dan motivasi apa yang telah suami berikan untuk istrinya di saat-saat sulit seperti ini? Padahal saat ini istri benar-benar butuh ungkapan yang meringankan beban dan membesarkan semangat berjuang.

Jadi, di manakah suami harus memposisikan dirinya? Sesungguhnya istri Anda di saat-saat seperti ini hanya membutuhkan kesungguhan dan keihklasan Anda dalam memahami sisi kejiwaannya. Dengannya ia ingin mengetahui kadar cinta Anda dengan ungkapan rasa cinta dan kasih sayang Anda di saat seperti ini. Berlemah lembutkah Anda kepadanya? Perhatian Anda yang baik atas apa pun yang Anda harus lakukan saat istri sakit merupakan bekal utama melambungkan cinta. Tak sedikitpun Anda boleh menunjukkan sikap kasar. Tak membolehkan ada kekerasan dan keributan di hadapan istri Anda. Semua Anda hadapi dengan optimis dan penuh suka cita. Sebab duka suami saat istri sakit hanya akan membuat sitri beranggapan bahwa sakitnya hanya membuahkan kebingungan dan susahnya suami. Dan ini sama sekali tidak ada baiknya.

8. Khusus bagi para suami

Mengetahui perkembangan karakter istri seiring bertambahnya usia adalah sangat penting. Sebab setiap tangga usia istri Anda memiliki karakter tersendiri yang dengannya ungkapan cinta pun berbeda-beda.

Menurut para peneliti, wanita di suatu daerah pada usia dua puluhan memiliki karakter selalu ingin dimanja. Jiwanya masih labil dan cenderung kekanak-kanakan. Ia selalu ingin coba-coba hal-hal baru. Bahkan ia ingin mencoba-coba segala sesuatu. Ia gemar keluar jalan-jalan bersama suaminya, dan masih senang menjalin hubungan dengan banyak sahabatnya.

Sedangkan wanita pada usia tiga puluhan ia lebih stabil dan mulai berkurang sikap bersantai-santainya. Baginya yang terpenting adalah bagaimana ia mendapat ketenteraman, baik untuk dirinya, suami maupun anak-anaknya. Ia selalu ingin bisa mendidik anak-anak dengan sebaik-baiknya, bahkan ia akan berusaha semampunya untuk memberikan sesuatu yang terbaik untuk rumah tangga serta anak-anaknya. Waktu-waktunya bisa habis demi kebahagiaan rumah tangga dan anak-anak. Hal ini sesuai dengan karakternya yang telah memasuki usia penuh tanggung jawab. Sehingga ia memahami tanggung jawabnya sebagai seorang istri, seorang ibu rumah tangga dan sebagai ibu bagi anak-anaknya.

Berbeda lagi dengan wanita di usia empat puluhan. Selain ia telah menghabiskan waktu dan kemampuannya untuk kebahagiaan rumah tangga, ia mulai cenderung ingin membantu suami dalam setiap pekerjaannya. Seiring dengan maksud baiknya tersebut, ia merasa ingin selalu dekat dengan suaminya, sehingga ia selalu ingin untuk turut serta bersama suaminya keluar rumah. Hal ini menunjukkan bahwa keinginannya untuk keluar rumah bersama suaminya untuk berjalan-jalan muncul kembali.

Para suami yang memahami karakter istrinya di setiap tangga usianya akan tahu bahwa setiap tangga memiliki cara tersendiri untuk mengungkapkan cintanya. Maka hal ini perlu dipelajari, lalu direncanakan bagaimana ia bisa memenuhi keinginan-keinginan istrinya.

Pada usia dini pernikahan, kelemahlembutan dan memanjakan istri adalah buhul cintanya. Sedangkan di usia pertengahan, para suami wajib ekstra disiplin dan perhatian yang sungguh-sungguh sampai pada masalah atau hal-hal yang kecil sekalipun. Sebab istri saat ini dalam keseriusan melaksanakan tanggung jawabnya. Dukunglah ia meski dengan sesuatu yang Anda remehkan, sebab bisa jadi sesuatu yang Anda remehkan justru akan melejitkan cintanya.

Berbeda lagi di saat usia telah memasuki empat puluhan, maka perhatian dan kebersamaan Anda sangat ia butuhkan. Di saat ini kebersamaan Anda adalah buhul cinta Anda.

Namun demikian, di daerah tertentu dengan lingkungan yang berbeda pula, kemungkinan karakter seorang wanita akan berbeda lagi meski pada tangga yang sama. Di sinilah pentingnya Anda, para suami, memperhatikan usia dan karakter istri Anda, agar Anda tidak salah dalam mengungkapkan cinta Anda.

9. Siapkan kejutan cinta

Bila setiap hari Anda yang selalu mendapati seluruh sudut rumah bersih, rapi dan segar, maka siapkan bagaimana hari ini istri Anda-lah yang terharu, kaget dan gembira mendapatinya.

Bila setiap hari Anda yang selalu mendapati seluruh pakaian telah bersih, licin dan tertata rapi di lemari baju, maka siapkanlah bagaimana istri Anda hari ini yang mendapatinya.

Bila Anda seorang suami yang pintar memasak, masakan Anda buat keluarga di hari ini bisa menjadi kejutan cinta buat istri Anda.

Semua ini perlu direncanakan dengan sebaik-baiknya. Apabila memang Anda telah bisa melakukannya, maka setelah istri gembira, kaget dan terharu atas kejutan Anda, jangan lupa untuk membisikkan dengan perlahan di telinga istri Anda sebuah kalimat, “Akulah yang telah merencanakan dan melakukannya untukmu, karena aku mencintaimu.”

10. Jadilah pakaian untuknya

Fungsi pakaian ialah untuk menutupi. Maksud dari buhul cinta tersebut di akhir tulisan ini ialah, jadilah masing-masing Anda sebagai pakaian bagi yang lainnya, yang bisa menutupi apa yang tak disukai.

Di saat suami istri tidak bisa saling menutupi, maka mungkin sekali pihak ketiga akan masuk dan bisa saja merusak hubungan suami istri tersebut. Sebab di saat itu berarti mulai lemahlah hubungan perasaan antara keduanya.

Seorang istri atau pun suami tidak akan memaafkan apabila aibnya diketahui oleh orang lain sebab pasangannya yang membukanya. Namun tatkala pesan-pesan yang tersampaikan kepada istri atau kepada suami ialah pesan-pesan isyarat bukti cinta, bahwa Anda telah membela dan menutupi aibnya di hadapan orang lain, maka jadilah isyarat ini sebagai buhul cinta. Sebab sama saja artinya Anda telah mengatakan kepada istri atau suami Anda, “Aku mencintaimu, maka aku pun melindungimu.” Barokallohu fiikum.

Penulis: Ustadz Abu Ammar

Artikel www.Salafiyunpad.wordpress.com

 

Inilah Alasan Mengapa Aku Enggan Berjilbab

Bismillah Ar Rahman Ar Rahim

 

 

 

 

Saudaraku yang semoga Allah merahmatimu..

 

Aku tuliskan catatan ini wahai saudaraku, bukan karena aku lebih baik darimu..

Atau bukan karena aku paling baik diantara kalian..

 

Sungguh, semata-mata ku lakukan karena aku peduli padamu. Karena kau saudaraku dan aku mencintai kebaikan bagimu sama seperti aku mencintai kebaikan untuk diriku sendiri. Dan barangkali kau pernah mendengar, bahwa agama ini adalah nasihat. Maka aku menasihati diriku sendiri yang utama kemudian kau, saudaraku di jalan Allah.

 

Bagiku hijab adalah suatu kebaikan yang teramat berharga. Ia merupakankebanggaankukehormatankukemuliaanku, juga ciri khas sertaidentitasku sebagai seorang Muslimah. Maka dengan mengharap keridhaan dari Rabb-ku Yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi, aku menghendaki agar kebaikan yang kurasakan bersama hijab ini dapat pula kau rasakan.

 

Aku sampaikan begini sebab aku tidak ingin kemudian kau berkata di belakangku,“Mengapa orang ini mencampuri urusanku?! Ini hidupku dan aku yang menjalaninya. Berjilbab atau tidak biarlah urusanku dengan Tuhanku saja!”

Tidak, aku tidak menginginkan kalimat tersebut terucap dari lisanmu. Aku katakan kembali bahwa aku tidak memiliki keinginan untuk mencampuri urusanmu. Aku hanya menginginkan bagimu kebaikan sebagaimana aku menginginkan kebaikan untuk diriku.

 

Semoga Allah memberiku hidayah demikian pula bagimu..

 

Dibawah ini kutulis beberapa alasan para wanita Muslimah, mengapa mereka enggan menutupi auratnya, padahal telah datang pada mereka kabar dari Tuhan-nya bahwa mengenakan jilbab adalah wajib.

 

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya,

 

“Hai nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”[Al-Ahzab: 59]

 

Perhatikanlah saudaraku, barangkali satu diantaranya adalah pernyataan yang menjadi alasanmu juga.

 

Pertama,

“.. ah, yang terpenting bagiku adalah hati, bukan penampilan! Apakah berjilbab ataukah tidak”

 

Betulkah begitu saudaraku? Betulkah bahwa penampilan atau hal yang tampak merupakan sesuatu yang kurang begitu penting bagimu?

 

Baiklah, bantulah dirimu untuk mengingat apa yang telah kau lakukan sejak pagi tadi. Bukankah pagi tadi kau membersihkan tubuhmu, memakai pakaian bagus, lalu memoles wajahmu dengan blush on dan lipstick berwarna peach, kemudian memberikan sedikit hair mask pada rambutmu, dan tak lupa menyemprotkan parfum lalu keluar menuju kampus atau tempat kerjamu. Kau akan pergi setelah menilai penampilanmu oke. Bukankah hal tersebut menandakan bahwa sebenarnya penampilan teramat penting bagimu?

 

Well, aku anggap kau telah sependapat denganku, bahwa baiknya hati sangat penting. Namun penampilan zahir (tampak) pun sangatlah penting.

 

Selanjutnya aku kutipkan padamu sebuah hadits yang mulia dari Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam,

 

“ Ingatlah bahwa sesungguhnya dalam jasad itu ada segumpal daging apabila baik gumpalan tersebut maka baiklah jasad tersebut dan sebalikya apabila rusak maka rusaklah jasad tersebut ingatlah bahwa itu adalah hati”

Perhatikanlah wahai saudaraku..

Bahwa ternyata baiknya hati dan baiknya jasad (penampilan) berbanding lurus, tidak mungkin kau mengambil salah satu dan mengenyampingkan yang lainnya. Jadi jika hatimu baik, maka akan baik pula jasad atau penampilanmu. Dan menutup auratmu dengan mengharap ridha Allah merupakan sebuah amalan zahir (tampak) yang sangat agung dan merupakan salah satu upaya untuk memperbagus penampilanmu. Tentunya merupakan sebuah kewajiban dari Rabb-mu Yang Maha Kuasa tanpa bisa kau negosiasikan kembali.

 

Kesimpulannya, tidak mungkin kau melakukan amalan batin sedang tidak diiringi dengan amalan zahir. Dan sesungguhnya seorang yang jujur dalam keimanannya untuk memperbaiki hatinya, pastilah tidak akan melewatkan untuk melakukan ketaatan kepada Allah yakni berhijab dan memperbaiki jasadnya (amalan zahir).

Kedua

“Aku lihat banyak sekali orang yang berjilbab namun akhlak mereka buruk. Dan ditempat lain banyak kawan-kawanku yang tidak memakai jilbab namun mereka baik..”

Jadi itulah yang membuatmu enggan berjilbab wahai saudaraku? Dan kau memilih menjadi seperti kawan-kawanmu yang tidak mengenakan jilbab namun mereka telah baik menurutmu?

 

Aku katakan padamu bahwa aku mengenal seseorang yang baik padaku namun dia adalah seorang pecandu alkohol. Apakah itu menunjukkan bahwa aku mesti menjadi seorang alcoholic?

 

Lalu akupun memiliki teman-teman dari kalangan Nasrani, Hindu dan Budha, beberapa dari mereka gemar memberi, suka menolong, dan sikap mereka sangat baik kepada manusia meski tidak seagama dengan mereka. Apakah hal tersebut kemudian membuatku mengatakan “Aku memilih menjadi seperti mereka. Menjadi seorang yang beragama Nasrani, Hindu atau Budha sebab mereka sangat baik”

 

Ketiga

“Jujur, aku khawatir kelak susah mendapatkan jodoh dengan jilbab yang ku kenakan”

O dear..  cobalah bertanya begini pada dirimu sendiri,

“Laki-laki seperti apa yang ku inginkan untuk dinikahi”

“Ayah yang bagaimana yang aku inginkan untuk anak-anakku kelak?”

Pikirkanlah untuk menjawab pertanyaan tersebut..

Saudaraku, apakah kau ingin menikah dengan laki-laki yang hanya ingin mencari pasangan dengan gaya rambut menarik dan betis yang mulus?

 

Dimana laki-laki tersebut tidak akan berpikir sedikitpun untuk menikahi wanita yang membungkus tubuhnya dengan jilbab sebab yang menarik hatinya adalah para wanita yang gemar berganti gaya rambut dan mempertontonkan setengah dadanya. Benarkah laki-laki seperti demikian yang kau inginkan untuk menikah denganmu?

 

Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam tanzil-Nya,

“…wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji pula, dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula…” [An-Nuur: 26]

 

Subhanallah..

Kau punya waktu untuk merenungkannya kembali dengan pikiranmu yang jernih saudaraku..

 

Tidakkah kau inginkan seorang laki-laki shalih?

 

Bukankah kau pernah mengatakan bahwa kau menginginkan suamimu kelak yang dapat menjadi seorang Imam bagimu dan anak-anakmu?

 

Seorang laki-laki yang dapat membimbingmu dan mengarahkanmu kepada kebaikan..

 

Seorang laki-laki yang menjaga kehormatanmu dan kehormatan keluargamu..

 

Seorang laki-laki yang memuliakanmu..

 

Seorang laki-laki yang memiliki tekad kuat untuk mengamalkan ayat Allah yang mengatakan:

“Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..” [Lihat At-tahrim ayat 6]

 

Bukankah kau menginginkan seorang laki-laki yang menjadi teladan baik bagi anak-anakmu kelak?

 

Bukankah kau pernah bercita-cita memiliki keluarga yang sakinah, mawaddah warrahmah?

 

Jawablah pertanyaanku..

Bagaimana bisa kau mendapatkan apa yang kau ingini dan kau cita-citakan dari seorang laki-laki yang hanya menginginkan keindahan tubuh wanita untuk dipamerkan, yang bahkan tidak memiliki cukup iman untuk menyukai jilbab bagi istrinya??

Keempat

“Aku pun khawatir akan sulit mendapatkan pekerjaan  dan sulit untuk berkarir.”

Saudaraku, tidak pernahkah kau memperhatikan seekor burung?

Dia terbang pada pagi harinya meninggalkan sangkarnya, kemudian tidak lama kembali pada keluarganya dan membawakan mereka makanan.

 

Lalu siapakah Dzat yang memberi burung-burung tersebut rizki dari langit?

 

Aku yakin kau akan menjawab “Allah-lah Meha Pemberi Rizki”

 

Apakah kau berpikir bahwa Allah memberi rizki pada burung-burung tersebut dan tidak memberi rizki kepadamu?

 

Apakah kau berpikir bahwa Allah Ta’ala zalim?

 

Apakah kau akan berpikir bahwa Allah memerintahkan sesuatu untukmu kemudian Dia menyulitkanmu?

 

Bahwa Dia memerintahkanmu untuk berjilbab lalu membiarkanmu hidup di dunia tanpa memperoleh rizki?

 

Apa yang kau khawatirkan wahai saudaraku?

 

Perhatikanlah kalam Allah berikut,

“Tidak ada satu makhluk melatapun di muka bumi kecuali Allah yang menanggung rezekinya, dan Dia yang mengetahui tempat berdiamnya dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)” [Huud : 6]

 

Saudaraku, aku berdoa kepada Allah agar melembutkan hati-hati kita..

 

Barangkali saat ini angan-anganmu terhadap dunia begitu tinggi..

Kau bercita-cita begini..  berambisi itu.. ingin menjadi begini dan begitu..

Kau ingin agar sukses di dunia kemudian melakukan sebab dan upaya agar tercapai keinginanmu tersebut. Namun sudahkah kau berpikir dan bercita-cita untuk kehidupanmu di akhirat nanti?

 

Maka akan kau jawab, “Tentu saja sista! Siapa-lah yang tidak ingin mencapai kesuksesan di akhirat?!”

 

Lalu sejauh mana upayamu dalam menggapai kesuksesan dan kebahagiaan tersebut wahai saudaraku?

 

Kau diam.

 

Bahkan kau ingin mendapatkan surga dalam keadaan enggan untuk taat kepada Rabb-mu? Enggan untuk berjilbab?

 

Kau berpikir untuk mengejar dunia, padahal sesungguhnya dunia akan berpaling darimu, membelakangimu serta mengkhianatimu. Sebab dunia pastilah akan musnah. Sedang akhirat, itulah negeri yang kekal dan abadi. Maka bagaimana kau mengejar sesuatu yang akan musnah dan membelakangi sesuatu yang kekal?

 

Alangkah indah nasihat dari Hasan Al-Bashri yang mengatakan.

“Permisalan antara dunia dan akhirat adalah seperti timur dan barat. Semakin engkau dekat pada satu sisi, semakin jauh engkau pada sisi yang lainnya.”

Saudaraku yang semoga Allah memberkahimu..

 

Sungguh, bukanlah aku menasihatimu untuk melupakan dan membelakangi dunia. Sebaliknya aku menasihati diriku sendiri kemudian kau agar bersemangat dalam memperoleh apa-apa yang bermanfaat bagi kita, baik di dunia maupun di akhirat.

 

“Bersemangatlah memperoleh sesuatu yang bermanfaat begimu dan mintalah pertolongan kepada Allah. Serta jangan merasa lemah.” (HR. Muslim)

 

Dan agar bersemangat dalam menatap masa depan.

Disebabkan masa depan dunia memiliki ujung dan tidak kekal, maka akan sangat adil bagi kita untuk memilih memprioritaskan masa depan yang lebih cemerlang, menjanjikan, serta abadi. Tiada lain akhirat.

 

Allah Al-Ghaniy, Yang Maha Kaya berfirman dalam kalam-Nya yang mulia,

 

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya”. Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya”.[Ath-Thalaq: 2-4]

Tersenyumlah saudaraku sebab Allah Ta’ala telah berjanji padamu dalam keadaan kau mengetahui bahwa janji Allah adalah benar.

 

Tersenyum lalu hiburlah lagi dirimu dengan hadits yang mulia berikut,

 

“Barang siapa yang Akhirat menjadi harapannya, Allah akan menjadikan rasa cukup di dalam hatinya serta mempersatukannya, dan dunia akan datang kepadanya dalam keadaan putuh dan hina. Tetapi siapa yang dunia menjadi harapannya. Allah akan menjadikan kefakiran  berada dii depan matanya serta mencerai-beraikannya, dan dunia tidak akan datang  kepadanya kecuali sekedar apa yang telah ditetapkan baginya.” [HR. Tirmidzi]

 

Saudaraku, aku berharap kau tidak lagi khawatir akan rizki dan duniamu. Dan semoga hal ini tidak lagi menjadi alasanmu mengapa enggan berjilbab. Allah saja-lah Yang Memberi taufiq.

 

Kelima

“Pelan-pelan, aku ingin menjilbabi hatiku terlebih dahulu..”

Aku tersenyum. Sebab pernyataan inilah yang paling sering kau jadikan pelurumu dalam menyangkal nasihat-nasihat kawanmu tentang jilbab. Seringkali ku dengar para wanita mengucapkan ini dengan senyum mengembang dan rasa puas.

 

Aku bertanya padamu saudaraku, apa yang kau maksudkan dengan “menjilbab i”?

 

Apakah maksud dari menjilbabi olehmu adalah mensucikanmembersihkan,memperbaiki bagitu?

 

Baiklah aku ambil kesimpulan bahwa saat ini kau tengah berupaya memperbaiki, membersihkan dan mensucikan hatimu.

 

Lalu bagaimana upayamu sejauh ini?

Apa yang tengah kau lakukan untuk memperbaiki dan mensucikan hatimu tersebut?

 

Saudaraku, semoga Allah memperbaiki urusanmu..

 

Aku beri tahu sesuatu yang sangat penting untuk kau ketahui. Bahwa mensucikan hati dan menjadikannya bersih dari segala kotoran dan penyakit tidaklah dapat ditempuh kecuali dengan beberapa sebab seperti meninggalkan perbuatan-perbuatan yang diharamkan oleh Allah, melakukan ketaatan dan memperbanyak bertaubat kepada-Nya.

 

Allah Ta’ala berfirman,

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman hendaknya mereka menundukkan pandangan mereka dan menjaga kehormatannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” [An-Nur: 30]

 

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan di dalam ayat ini bahwa sucinya hati itu terjadi setelah menundukkan pandangan dan menjaga kehormatan, yaitu menundukkan pandangan dari yang diharamkan Allah Ta’ala.

 

Barangsiapa hendak mensucikan qalbunya maka ia harus mengutamakan Allah dibanding keinginan dan nafsu jiwanya.(Ibnul Qayyim)

 

Dan wahai saudaraku, dengan apa kau dapat menundukkan pandanganserta menjaga kehormatanmu jika bukan dengan berhijab?

 

Maka kau telah keliru dalam berpandangan dan mengambil sikap. Kau mengira dengan menunda berjilbab dan melakukan apa yang kau sebut dengan upaya menjilbabi hati adalah sebuah cara yang sudah benar, ternyata sebaliknya. Cobalah kau berpikir lagi, bagaimana mungkin kau dapat mensucikan hatimu, sedang tidak kau tempuh sebuah upaya yang berarti. Yang bahkan kau menunda-nunda kebaikan dan enggan untuk memenuhi perintah Rabb-mu. Lalu dengan tersenyum kau berkata “Aku ingin menjilbabi hati dulu..”. Tidakkah hal tersebut sia-sia belaka?

 

Saudaraku, tempuhlah sebab-sebabnya serta berlapang dadalah. Sungguh, mengenakan jilbab dan menjaga kehormatanmu itulah cara tepat untukmenjilbabi hati.

 

 

Keenam

“Yang penting aku shalat 5 waktu, berpuasa pada Ramadhan dan mengeluarkan zakat!”

 

Ya, kau benar saudaraku. Shalat, berpuasa dan mengeluarkan zakat adalah amalan-amalan yang agung dan termasuk kedalam kewajiban utama sebagai Muslim. Sebab islam dibangun dengan 5 rukun yang 3 diantaranya apa yang telah kau sebutkan tadi bukan? Kau pasti menghapal rukun tersebut.

 

Namun tentu kau mengetahui betul bahwa syariat Islam yang telah Allah turunkan dengan Hikmah dan Keadilan-Nya ini bukanlah sebatas perkara shalat atau puasa saja.

 

 

 

 

Kau tahu bahwa perintah mengenakan jilbab adalah nyata tertulis didalam Kitabullah Al Karim. Bahwa tidak ada pertentangan dari zaman dahulu hingga sekarang antara para ulama tentang wajibnya menutupi aurat. Jika kau mendengar ada tokoh-tokoh yang menyerukan bahwa berjilbab tidaklah wajib, maka yakinlah bahwa mereka sejatinya tidak menginginkan syariat Allah melainkan mempertuankan hawa nafsu-nya . Berdoalah kepada Allah agar dijauhkan dari kesesatan mereka.

 

Dan aku katakan padamu bahwa tidaklah Allah turunkan perintah dan larangan bagi hamba-hamba-Nya kecuali Dia menghendaki kemudahan, kebaikan dan keselamatan.

 

Dalam Kitab-Nya yang mulia, Ar Rahman berfirman yang artinya,

 

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya..” [An-Nur: 31]

 

“Hai nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Al-Ahzab: 59]

 

Maka khawatirlah wahai saudaraku, jika jiwamu condong kepada menerima syariat Allah yang satu lalu menolak syariat yang lainnya. Khawatirlah dengan ucapanmu yang enggan berjilbab dengan mengatakan, “Yang terpenting aku shalat, puasa, dan berzakat..”

Khawatirlah sebab Allah telah mencela Bani Israil, dengan sebab mereka melakukan sebagian perintah dan meninggalkan sebagian yang lain.

 

“…Apakah kamu beriman kepada sebahagian AI-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tidaklah balasan bagi orang-orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat, Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat” [Al-Baqarah: 85]

 

 

Ketujuh

“Jilbab membatasi kebebasan saya!”

 

Bagimu jilbab membatasi kebebasanmu, namun bagiku sebaliknya.  Eye Shadow,lipstickshort dress, dan high heels lah yang sama sekali telah membatasi kebebasanku.

 

Lalu aku bertanya, apa definisi kebebasan menurutmu?

 

Barangkali kau hendak mengatakan bahwa kebebasan adalah “Ketika aku bebas melakukan apapun yang aku ingin lakukan”.

Demi Allah, bukan itu yang Rabb-mu kehendaki wahai saudaraku..

 

Kebebasan adalah dalam melakukan hal yang benar, bukan melakukan apapun yang ingin kau lakukan!

 

Saudaraku kau seorang Muslimah. Dan kau beriman kepada kitab Allah. Maka hal yang semestinya kau lakukan adalah berbangga dengan identitas seorang muslimah yakni hijab. Manakala orang-orang selainmu yakni kaum kafir berbangga dengan hot pant dan bikini maka kau berbangga jilbabmu. Tidakkah kau berpikir bahwa ini istimewa?

Hal isitimewa yang dikehendaki oleh Pencipta-mu untukmu, yang tidak dikehendaki oleh wanita-wanita kafir.

 

Bahwa Dia menghendaki kemuliaan bagimu. Semakin kau menutup rapat auratmu, maka semakin tinggi harga dirimu sebagai wanita. Semakin tinggi kehormatanmu. Dan ini adil sekali.

 

Aku sampaikan sebuah hadits shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam, bahwa beliau bersabda,

 

“Sesungguhnya di antara apa yang didapati manusia dari ucapan nabi-nabi yang terdahulu adalah ‘Apabila engkau tidak malu, maka lakukan apa pun yang engkau mau’.”

 

Lagi-lagi “malu” menjadi tolok ukur seseorang dalam banyak perbuatannya. Bahwa orang yang menginginkan untuk berbuat sesuka hati menandakan kurang sekali rasa malunya.

 

Benarlah apa yang dikatakan seorang sahabat, Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhu,

“Malu dan iman itu senantiasa ada bersama-sama. Bila hilang salah satu dari keduanya, hilang pula yang lainnya.”

 

Dan benar sekali bahwa kau bebas untuk melakukan apa yang kau mau. Kau bebas berbuat, berpikir, berucap. Kau bebas memilih beragama ataukah tidak. Kau bebas memutuskan ingin menjilbabi tubuhmu atau tidak. Kau bebas melangkahkan kakimu kemana saja kau inginkan.

 

“If you feel no shame, then do as you wish”

 

Dan jangan putus mengingat bahwa Tuhanmu pun bebas membuat perhitungan denganmu. 

 

 

Kedelapan

“Ya, aku tahu bahwa jilbab itu wajib bagi setiap wanita Muslim, namun aku betul-betul belum siap. Aku khawatir jika jika dipaksakan, nantinya akan on-off dalam memakainya”

Aku nasihatkan pertama-tama untukku kemudian engkau wahai saudaraku agar memperbanyak memohon ampun dan memohon hidayah kepada Rabb At Tawwab dan Al Haadii, Rabb Yang Maha Penerima Taubat serta Maha Pemberi Petunjuk. Berharaplah semoga dengan begitu Allah melembutkan hati-hati kita dan memudahkan kita dalam melakukan ketaatan.

 

Sungguh jika kau ketahui wahai saudaraku, perintah yang Allah tujukan bagimu dan kau enggan melaksanakannya maka siapakah yang kelak merugi? Apakah Dia, Allah Yang Maha Suci akan merugi??

 

Saudaraku, bahkan jika seluruh makhluk dari generasi pertama hingga generasi terakhir kalangan jin dan manusia mendurhakai Allah hingga taraf  kedurhakaan paling tinggi, maka tidaklah hal tersebut mengurangi kemuliaan Allah sedikitpun. Allah tidak pernah rugi sama sekali.

 

Maka semestinya kau mengetahui bahwa yang rugi adalah dirimu sendiri. Allah tidaklah memaksamu memilih jalan hidupmu. Bahkan kau bebas berbuat sekehendak hatimu. Dia hanya menolongmu agar kelak kau selamat. Sebab Dialah yang menghisabmu nanti.

 

Dan wahai saudaraku yang semoga Allah memuliakanmu..

 

Aku percaya kau memiliki kepercayaan diri untuk berdiri dan mengatakan:

“Aku yakin bisa memulai untuk menempatkan perintah Allah di atas keinginan atau kekhawatiranku sendiri. Dengan pertolongan-Nya aku percaya dapat melakukannya ‘Kami dengar dan kami taat’.”

 

Ketahuilah, apabila niatmu benar dan ada kesungguhan atasnya maka dengan pertolongan Allah, Dia-lah yang akan memberimu kesiapan dan kemantapan, tanpa perlu kau katakan,  “..nanti saja jika sudah mantap..”

Dia pulalah yang akan memberimu keistiqamahan. Tanpa perlu ragu dan mengatakan, “..nanti saja, khawatir jilbab-nya on-off”

 

Kesembilan

“Suatu hari nanti aku pasti berjilbab, tidak sekarang..!”

 

Semoga Allah memberi hidayah dan taufiq kepada kita..

 

Andaikan sahabat karibmu saat ini meneleponmu kemudian berkata “Nonton yuk!”, maka kemungkinan besar kau akan menjawab dengan bersemangat “yuk…kapan?? “

 

Lihatlah begitu semangatnya kau bersegera untuk melakukan sesuatu demi kesenangan duniamu. Sedangkan untuk kesenangan di akhiratmu kau mengatakan “..tidak sekarang!”

 

Saudaraku, beritahu aku apa yang kau maksudkan dengan suatu hari nanti PASTI?

Jangan katakan bahwa kau dapat meramal masa depanmu dimana kau mengataka,

“Hari itu.. aku pasti memakai jilbab!”

 

Semoga Allah memberimu kecerdasan. Kau tahu bahwa seorang yang cerdas adalah yang paling banyak mengingat pemutus kelezatan (maut). Cobalah berpikir untuk meluangkan sedikit waktumu demi mengingat kematian. Sebab yang pasti terjadi adalah hari dimana kau mati.

 

Kau tidak pernah tahu kapan dan di bumi mana kau akan diwafatkan. Maka berpikirlah kembali sebelum mengatakan, “.. tidak sekarang, biarlah suatu saat nanti.”

 

Bahkan saudaraku, kau tidak pernah tahu apakah esok hari kau masih diberi kesempatan oleh Rabb-mu menuju tempat kerjamu dengan gaya rambut terbaru.

 

Kesepuluh

“Hidayah belumlah sampai kepadaku..”

Saudaraku, apabila kau menginginkan sebuah sepatu baru, anggaplah kau pernah melihatnya di sebuah swalayan di kotamu. Kemudian kau duduk di rumahmu tanpa mengupayakan sesuatu berupa uang yang cukup dan usahamu untuk membeli sepatu tersebut lantas kau mengatakan, “Aku berharap sepatu dambaanku tersebut tiba dirumahku secepatnya.” Apakah kau berpikir sepatu tersebut akan benar-benar datang padamu?

 

Sungguh hidayah terlalu mahal untuk kau tunggui tanpa mengupayakan sesuatu yang berarti saudaraku..

 

Sesuai dengan usaha yang engkau berikan,

maka engkau akan mendapatkan apa yang engkau angan-angankan.

Bahwa “Allah memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” [Al-Baqarah: 213]

 

Namun hidayah perlu untuk dipinta. Bahkan wajib bagi setiap hamba Allah untuk meminta hidayah kepada-Nya.

Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman dalam hadits qudsi yang artinya,

 

“Wahai hamba-hambaKu, kalian semua sesat, kecuali orang yang Aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepadaKu, niscaya Aku akan memberikannya kepada kalian.”

 

Maka lakukanlah sesuatu yang berarti wahai saudaraku!

 

Bersemangatlah untuk memperbanyak meminta hidayah dan taufiiq kepada Allah Azza wajalla, serta tempuhlah sebab agar semakin dekat dengan-Nya. Sungguh melakukan ketaatan dan amalan shalih serta berupaya menjauhi hal-hal yang diharamkan Allah merupakan suatu upaya yang sangat berarti untuk memperolehhidayah yang kau dambakan tersebut.

 

Sebagai penutup, izinkanlah aku mengutip sebuah nasihat indah dari seorang mantan petinju dunia, Muhammad Ali kepada putrinya Hana. Barangkali saja semakin menambah motivasimu untuk tidak menunda berhijab. Semoga Allah menjagamu..

 

“Hana, segala sesuatu ciptaan Allah yang berharga di muka bumi ini senantiasa tertutup dan sulit untuk didapatkan. Di manakah engkau menemukan berlian? Jauh di dalam tanah, tertutup dan terlindungi. Di manakah engkau menemukan mutiara? Jauh di dasar samudera, tertutup dan terlindungi dalam sebuah cangkang yang keras. Di manakah engkau menemukan emas? Jauh di dalam tanah yang ditambah, tertutup oleh banyak lapisan batuan… Engkau harus bekerja keras untuk mendapatkannya.”

 

Ia memandang dengan tatapan mata yang serius.

 

“Demikian pula tubuhmu. Jauh lebih berharga dari pada berlian dan mutiara, maka engkau juga harus mengenakan hijab agar tertutup.”

 

Hanya kepada Allah aku meminta agar menjadikan kita semua sebagai kunci-kunci pembuka kebaikan dan penutup kejelekan, dan tidak ada daya serta upaya kecuali dengan pertolongan Allah.

 

Wallahu Ta’ala A’lam

 

Allah Saja-lah yang memberi taufiiq

 

 

21 Muharram 1432

Saudaramu di jalan Allah

 

InshaAllah please do share if you care!

http://www.facebook.com/note.php?note_id=488343509027&id=1217807636